Laman

Jumat, 10 Desember 2010

Studi Banding SLPHT Mangga ke Thailand



Berisi laporan :

1. Kegiatan studi banding dilaksanakan pada tanggal 8 - 12 Desember 2010. Tim Sterdiri dari Ir. Soekirno, MSi, Ir. Siswanto Mulyaman, Ir. Kurnia Nur, Novida Sj. SP., Jamilah, SP, dan Sutanto SH. (Asosiasi Mangga "Mitra Usaha Tani" Indramayu, tidak hadir H. Abdurokhim (petani mangga Cirebon)

Kunjungan tersebut dalam kerangka kerjasama Indonesia – Thailand (Joint Agriculturat Working Group / JWAG), khususnya Farmer Field School (FFS) of IPM Implementation on Mango (Project 06/INA/I). Kunjungan tersebut merupakan kunjungan balasan atas kunjungan Tim Thailand tahun 2009 yang lalu dan hasil kesepakatan pertemuan JWAG di Makasar pada 28-30 Juni 2009.

2. Selama kunjungan, dilakukan kegiatan :
Hari 1 : diskusi dengan jajaran Department of Agricultural Extention (DOAE), lakosi Vapor heat Treatment (VHT) skala komersial dan sekaligus Eksportir buah (mangga ”Nam Dokmai” dan mangga ”Mahachanok”, manggis, dan durian),

Hari ke 2 : kunjungan ke Koperasi (Petani) mangga di Provinsi Chachoengsao, Petani/Pengusaha mangga, Penakar benih mangga, dan

Hari ke 3 : kunjungan ke Pusat Pengelolaan OPT / Pest Management Centre di Provinsi Chonburi. Sementara itu, karena ketiadaan kesempatan, jadwal kunjungan ke pasar produk-produk pertanian tidak terlaksana.

3. Beberapa hal yang dapat diambil sebagai pelajaran untuk pengembangan mangga di Indonesia adalah :

a. Sebagai pusat penyuluhan, diseminasi informasi teknis yang dilakukan oleh DOAE cukup baik. Di kantor pusat, tersedia bagian dan ruangan penyebaran informasi dan interaksi yang dapat diakses oleh masyarakat/petani melalui jaringan elektronik termasuk akses internet.


b. Sebagi negara pengekspor (mangga dan buah-buahan lainnya), di Thailand tersedia VHT skala komersial sebanyak 9 unit. Perusahaan VHT (P&F Techno Co., Ltd.) yang dikunjungi sudah beroperasi sekitar 20 tahun melakukan treatment buah mangga, manggis dan durian untuk diekspor ke Jepang. Pada kesempatan ini, Pimpinan perusahaan sempat menawarkan kerjasama operasional VHT di Indonesia sekaligus pelatihan operasionalnya dan pemasaran produk buah ke Jepang. Perusahaan ini mempunyai jaringan pasar buah yang luas di Jepang.

Tekhnologi VHT pada umumnya digunakan untuk mencegah adanya lalat buah pada buah mangga yang akan dipasarkan terutama untuk skala pasar ekspor. Pada umumnya persyaratan ekspor Mangga terutama untuk tujuan ekspor ke Jepang harus memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya adalah produk yang aman konsumsi tanpa adanya lalat buah dengan perlakuan VHT.


c. Koperasi (Petani) mangga di Distrik Phanom Sarakham berdiri pada tahun 1998 dengan anggota 180 orang, dengan luas pertanaman mangga 1.600 ha. Produksi mangga sekitar 7.000 ton/tahun, 30 % diantaranya untuk pasar ekspor dan 70 % untuk pasar lokal. Saat ini, aset koperasi senilai 6 juta Baht (sekitar Rp 1,98 milyar). Sistem jaminan mutu produk mendapatkan prioritas tinggi, baik melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP), PHT, perlakuan Hot Water Treatment (HWT) dan penerapan Rapid Test residu pestisida. Satu hal penting yang dicatat dari koperasi ini adalah sistem traceability / ketelusuran buah mangga yang sudah memanfaatkan bar code setiap buah mangga dan dapat ditelusuri melalui jaringan internet (dikembangkan DOAE) oleh konsumen dimanapun.
Asosiasi ini terdiri atas 180 petani dengan total luasan lahan mencapai 1.600 ha. Produksi mangga yang dicapai sebesar 7.000 ton/tahun, sebesar 30% diantaranya adalah untuk pangsa ekspor dan 70% pangsa lokal untuk memenuhi pasar modern, tradisional, dan kebutuhan industri.
Sistem jaminan mutu produk mendapatkan prioritas tinggi, baik melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP), PHT, perlakuan Hot Water Treatment (HWT) dan penerapan Rapid Test residu pestisida. Satu hal penting yang dicatat dari asosiasi/koperasi ini adalah sistem traceability / ketelusuran buah mangga yang sudah memanfaatkan bar code setiap buah mangga dan dapat ditelusuri melalui jaringan internet (dikembangkan DOAE) oleh konsumen dimanapun. Di samping itu, sistem produksi dan penanganan produk pada koperasi ini telah mendapatkan sertifikat GAP, Good Manufacture Practices (GMP) dan Quality Management (QM).

d. Dalam kunjungan ke penangkar benih mangga, diperoleh masukan teknologi perbanyakan berupa ”penyusuan” batang bawah kepada batang atas (varietas unggulan). Reknik ini dianggap mempunyai kelebihan, al. cabang batang atas yang ”disusui” tidak tergantung umur cabang; ketika ditanam jumlah perakaran menjadi 2 kali lipat (berasal dari batang bawah dan batang atas); dan tanaman tidak mudah roboh/patah.


e. Dalam kunjungan ke kebun mangga petani, budidaya mangga yang diterapkan untuk menjamin mutu produk, petani melakukan langkah-langkah GAP al. melalui pemangkasan reguler cabang/batang dan pengurangan jumlah buah.

f. Pengembangan teknologi PHT yang banyak dilakukan petani adalah pengembangan agens hayati, SLPHT maupun diseminasi teknologi ke tingkat kelompok tani. Catatan penting dalam pengembangan PHT ini adalah pengembangan agens hayati jenis ”green lacewing” Chrysoperla spp.: Neuroptera, Chrysopidae) dan ”earwing” (Euborellia spp.: Dermaptera, Proto-diplatidae, Indonesia disebut Cocopet). Jenis Lacewing efektif untuk mengendalikan berbagai hama jenis mealybug (kutu-kutuan), thrips, tungau. Earwing/cocopet, predator yang efektif untuk mengendalikan berbagai ulat/ larva. Berdasarkan penelusuran, ke dua jenis musuh alami tersebut ada di Indonesia, salah satunya adalah earwing yang dapat digunakan untuk mengendalikan penggerek batang tebu.


g. Selain pengembangan di tingkat on farm, hal yang perlu dicatat pula adalah pengembangan sistem maupun penanganan pasca panen dan pemasaran produk buah-buahan yang cukup baik sehingga mampu menjangkau pasar global.

4. Pada kesempatan kunjungan, pihak Thailand mengharapkan kesempatan kedatangan Tim Thailand di Indonesia pada tahun depan. Tim Thailand bersedia menyertakan petani mangga untuk memberikan alih teknologi, termasuk perbanyakan benih kepada petani mangga Indonesia. Dalam kerjasama ini nanti, kunjungan Tim menjadi tanggung jawab negara pengirim, sementara negara penerima bertanggung jawab dalam transport lokal, pendampingan, koordinasi-koordinasi, penyediaan/penyiapan lokasi/objek kunjungan, dan biaya-biaya internal lainnya.

5. Sebagai tindak lanjut dan dalam rangka percontohan pengembangan kawasan buah-buahan, khususnya mangga, diusulkan agar kelompok usaha Asosiasi Mangga ”Mitra Usaha Tani” (Mutan), Indramayu, dapat didorong untuk menangani usahatani mangga secara komprehensif seperti koperasi petani mangga di Distrik Phanom Sarakham, Chachoengsao, Thailand. Kelompok Asosiasi Mangga Mutan, saat ini telah ditetapkan sebagai kelompok PMD yang mencakup 15 kelompok tani mangga dengan cakupan areal seluas 22.000 ha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bacalah....