(HASIL KUNJUNGAN LUAR NEGERI, 9 – 13 NOVEMBER 2011)
Dilaporkan oleh Tim, Diedit oleh Siswanto Mulyaman
1. Pendahuluan
Belajar dari pengalaman menangani masalah hama lalat buah di Indonesia yang menjadi salah satu hambatan ekspor bagi produk hortikultura khususnya buah-buahan, Tim dari Direktorat Perlindungan Hortikultura terdiri dari 2 orang Kepala Subdirektorat, 2 orang staf, 1 orang staf Universitas Gajah Mada, 1 orang dari German International Cooperation (GIZ) dan 1 orang dari Asosiasi Bio Agro Input Indonesia. Kunjungan ke Vietnam dilakukan pada tanggal 9 – 13 November 2011.
Tujuan perjalanan luar negeri ini adalah menggali informasi tentang pengalaman penerapan pengelolaan lalat buah skala luas oleh Vietnam dengan menggunakan umpan protein pada komoditas barbados cherry. Bahan pengendali, umpan protein ini juga telah diujicobakan untuk digunakan di Indonesia sejak tahun 2009, namun kurang memperoleh tanggapan petani.
a. Penggunaan umpan protein di Indonesia
Di Indonesia, penggunaan umpan protein telah dilakukan sjak tahun 2009 dan belum mencapai hasil maksimal, oleh karena itu kungjungan ke Vietnam dilakukan. Kegiatan penanggulangan lalat buah di Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Australia yang diwakili oleh ACIAR bersama Griffith University dalam membantu Indonesia menanggulangi hama lalat buah di Indonesia.
Kegiatan utama dalam pengelolaan lalat buah dalam rangka kerjasama tersebut, di samping workshop /Training, surveilans lalat buah analisis kehilangan hasil, koleksi dan preservasi lalat buah, pengelolaan koloni lalat buah, penyebarluasan informasi pengelolaan lalat buah, juga penanggulangan lalat buah melalui penerapan / penggunaan umpan protein dengan pola penerapan PHT skala luas.
b. Penggunaan umpan protein di Vietnam
Pemerintah Vietnam telah melakukan kerjasama serupa dengan pemerintah Australia/ACIAR di bidang pengelolaan lalat buah skala luas pada komoditas peach pada tahun 2005 – 2007, dengan hasil yang cukup baik, bahkan sudah diterapkan di tingkat lapangan oleh petani hortikultura dengan kemitraan yang dilakukan oleh pelaku usaha sejak di hulu (budidaya) sampai hilir (end product dalam bentuk olahan) yang diekspor ke Jepang.
2. Hasil Perjalanan Dinas ke Vietnam
Hasil kegiatan Technical Exchange Trip ke Vietnam antara lain diperoleh informasi sebagai berikut:
a. Kunjungan ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia, 9 November 2011
Dari kunjungan ke Konsulat dikemukakan staf Konsulat bahwa di bidang perdagangan, neraca perdagangan Vietnam dengan Indonesia sebesar US$ 2.521,1 juta, ekspor ke Indonesia US$ 793.1 juta dan impor dari Indonesia US$ 1.728 juta.
Jenis komoditas yang diekspor Indonesia ke Vietnam antara lain baja, autokit, peralatan mesin dan sparepart, komputer/barang elektronik, BBM, bahan baku plastik, komponen speda motor, produk kimia, tekstil/bahan baku garment, pestisida/bahan baku, pupuk, automobile, obat-obatan, sepeda motor dll. Sedangkan impor Indonesia dari Vietnam adalah minyak mentah, garment/tekstil, beras, produk plastik, batubara, karet, sepatu, komputer/alat elektronik/komponen, seafood, kopi, teh, kabel listrik, produk kayu, kacang mede, keramik/gerabah, dan lain-lain.
b. Kunjungan ke Kebun Barbados Chery, Go Chong District, Tien Giang Province, 10 November 2011
Setiap tahun, Provinsi Tien Giang ini menyediakan 800.000 ton buah-buahan ke pasar domestik dan asing, yang diusahakan dalam areal buah-buahan seluas buah 72.500 hektar, terdiri dari mangga, manggis, rambutan, apel, durian dan lengkeng, dan Barbados Cherry khususnya di District Go Cong.
Barbados Cherry (Malphigia emarginata) di Vietnam merupakan salah satu produk unggulan ekspor Vietnam. Barbados Cherry dikenal pula dengan nama Acerola. Tanaman ini berasal dari Kepulauan Karribia dan banyak dibudi-dayakan di Brazil dan Vietnam. Barbados Cherry sangat kaya akan vitamin A dan C. Kandungan vitamin C dalam Barbados Cherry adalah 16.000 – 17.000 ppm dibandingkan dengan buah jeruk yang hanya mengandung 500 – 4.000 ppm.
Keunggulan Barbados Cherry, ternyata banyak manfaatnya, al adalah sebagai bahan antioksidan yang tinggi, terutama yang disediakan sebagai juice yang lebih tinggi dibandingkan juice strawberry, anggur dan apel. Di samping itu, sebagai sumber serat, vitamin B2, folate, magnesium, potassium dan copper. Di samping itu, kandungan magnesium, potassium dan Vitamin B5 dalam Barbados Cherry 2 x lipat lebih tinggi dibandingkan buah jeruk.
Manfaat Barbados Cherry adalah mempercepat penyembuhan pilek dan flu, meningkatkan kesehatan otak (mencegah Parkinson’s disease), menjaga kesehatan kulit (mencegah penuaan dini dan sebagai anti jamur).
Pada tahun 2008, budidaya Barbados cherry dibudidayakan di Provinsi Tien Giang sekitar 800 ha (saat kunjungan dilaporkan luas tanaman 300 ha), yang sebagian besar terkonsentrasi di Timur dan Barat District Go Cong. Produksi tahunan Barbados cherry di Tien Giang sekitar 15.000 ton.
Beberapa hal penting yang diperoleh dari kunjungan lapangan dan wawancara dengan petani adalah sbb. :
• Pengembangan cherry di wilayah ini dilaksanakan sejak tahun 2009 berdasarkan kerjasama dengan JICA. Dalam kerjasama ini, dilaksanakan serangkaian kegiatan dari hulu sampai hilir. Di wilayah hulu, budidaya cherry dikerjakan dengan pola kerjasama dan pembinaan teknis budidaya dengan pihak investor (dari Jepang), demikian pula di wilayah hilir, pihak Jepang memfasilitasi berdirinya perusahaan pengolahan juice cherry untuk pasar Jepang. Salah satu perusahaan di sektor hilir (pengolahan juice cherry juga dikunjungi).
• Hasil wawancara dengan petugas SOFRI (Southern Fruit Research Institute) dan petani, produktivitas tanaman cherry di wilayah ini 30 ton/ha/tahun, harga di lapangan 6000 Vietnam Dong ($ 3)/kg, sehingga pendapatan usahatani cherry setiap tahun sekitar $ 100 juta/tahun untuk areal seluas 300 ha .
Tanaman Barbados Cherry di District Go Chong
5 grade buah cherry
Pemerangkapan lalat buah di sekitar lahan budidaya
• Program penanggulangan lalat buah pada tanaman cherry dilakukan sejak tahun 2009 selama 3 tahun, melalui tahapan : 1) program sanitasi dan penanggulangan hama lalat buah, melalui penerapan budidaya yang baik (3 tahun), 2) pengembangan industri pengolahan (4 tahun), dan ekpor (tahun ke 3).
• Penanganan lalat buah melalui penggunaan protein bait selama 2 tahun yang dilakukan setiap musim pembungaan cherry, yaitu bulan Februari dan Oktober melalui pemantauan selama 4 kali trapping setiap pembungaan. Perangkap trapping cukup dipasang 1 buah setiap ha. Aplikasi protein bait dilakukan secara semprot dengan konsentrasi 40 ml protein bait dalam 10 liter larutan semprot. Hasil kegiatan ini adalah disepakatinya populasi prevalensi lalat buah (ALPP, Area of Low Pest Prevalence) antara petani dan pihak investor sebesar 5 ekor/trap/hari (FTD 5 ekor).
• Pengelolaan lalat buah secara luas telah diterapkan oleh petani barbados cherry. Petani telah membentuk kelompok sehingga memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan lalat buah. Teknologi andalan yang diterapkan dalam pengelolaan lalat buah pada barbados cherry adalah penggunaan umpan protein, pemasangan perangkap. Komposisi penggunaan umpan protein yaitu: (1) umpan protein 1 liter, (2) insektisida fipronil 40 ml dan (3) air 10 liter.
• Rantai pasokan buah dari petani ke perusahaan tersebut melalui Koperasi. Pengiriman buah barbados cherry disortir dalam 3 (tiga) tingkat kematangan yaitu (1) matang hijau, (2) kemerahan dan (3) merah (overipe). Perusahaan masih menerima bila buah terserang lalat buah 10%.
• Di samping itu, di wilayah hilir (sektor pengolahan) juga menjadi perhatian Pemerintah Vietnam melalui kerjasama dengan pihak investor industri pengolahan dari Jepang, dalam penanganan pasca panen buah. Barbados cherry merupakan buah yang mudah rusak selama transportasi dan penyimpanan, sehingga kerugian pasca panen buah cukup tinggi, bahkan lebih tinggi dari buah-buahan lainnya. Oleh karena itu, sebagai produk ekpor ungulan, buah cherry di Vietnam diproses sebagai buah beku atau haluskan dengan investor dari Jepang untuk diekspor ke jepang dalam bentuk konsentrat/ekstrak/juice yang diproduksi memenuhi standar keamanan pangan (HACCP, Hazard Analisis and Citical Control Point) dari SGS.
Kebun barbados cherry yang dikunjungi adalah milik petani. Informasi yang diperoleh, sebagai berikut:
Kebun barbados cherry berumur 1 tahun. Dalam budidanya petani melakukan pemupukan sebanyak 8 kali/tahun dengan dosis NPK (16-15-8) 300 gram/tanaman dan pupuk kandang 500 gram/tanaman
Pengelolaan lalat buah secara luas telah diterapkan oleh petani barbados cherry. Petani telah membentuk kelompok sehingga memudahkan dalam pelaksanaan pengelolaan lalat buah. Teknologi andalan yang diterapkan dalam pengelolaan lalat buah pada barbados cherry adalah penggunaan umpan protein, pemasangan perangkap. Komposisi penggunaan umpan protein yaitu: (1) umpan protein 1 liter, (2) insektisida fipronil 40 ml dan (3) air 10 liter.
Kebersamaan, komitmen dan disiplin petani/kelompok dalam pengelolaan lalat buah merupakan kunci utama keberhasilan pengelolaan lalat buah.
Buah barbados cherry dijual ke perusahaan Jepang yaitu Hiep Phat Joint Stock Company untuk dibuat olahan “pure”. Hasil olahan tersebut kemudian diekspor ke Jepang.
c. Kunjungan ke Kebun Buah Naga, di Provinsi Tien Giang, 11 November 2009
Luas kebun 0,5 ha, dengan produksi 30 ton/tahun (on season 10 ton/tahun, off season 20 ton/tahun). Waktu panen on season yaitu bulan April – September.
Jenis OPT yang mengganggu pertanaman buah naga adalah semut dan kumbang. Pengelolaan semut dilakukan dengan memasang umpan produk dari SOFRI. Pengelolaan lalat buah dilakukan dengan penerapan umpan protein 2 kali/tahun dan pemasangan perangkap lalat buah sebanyak 5 buah perangkap.
Untuk memacu pembungaan buah naga maka petani melakukan penyinaran dengan lampu (ligthing pada jam 5 sore hingga jam 6 pagi), dengan menggunakan lampu 75 watt untuk 4 pohon. Disamping itu pada border juga dipasang lampu dengan jarak 2 x 2,8 m. Penyinaran dilakukan selama 14 hari. Jumlah bolam yang diperlukan untuk menyinari 240 pohon sebanyak 260 bolam. Biaya penggunaan listrik hingga mencapai 3,5 juta Vietnam Dollar (VND).
Saat ini, di Tien Giang, terdapat areal tanaman buah naga selaus 3.000 ha. Daerah yang dikunjungi adalah Desa/Komune Cho Gao, yang tumbuh buah naga sekitar 1,6 ha. Budidaya buah naga normalnya pada panen raya pada bulan Oktober – November, dan di luar musim (off season) pada bulan Februari dengan harga panen yang cukup mahal.
Informasi SOFRI, pada budidaya buah naga sudah diterapkan VietGAP yang sesuai dengan Global GAP. Sementara itu, dikemukakan pula bahwa berdasarkan penelitian SOFRI, buah naga yang sedang tumbuh membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan pencahayaan memainkan peran penting. Oleh karena itu, dalam budidaya buah naga dikembangkan teknologi pencahayaan dengan menggunakan cahaya lampu. Lampu pijar telah digunakan pada 95 persen dari areal buah naga tumbuh, per hektar membutuhkan sekitar 1.000 lampu. Jumlah lampu pijar yang digunakan di wilayah Tien Giang sekitar 3 juta lampu. Agar buah naga tumbuh dengan cepat, petani harus menyediakan pencahayaan untuk 6-10 jam per malam, selama 10-15 malam di awal dan akhir musim. Suhu yang paling cocok untuk buah naga 15-35 derajat Celcius. Jika suhu lebih rendah, buah naga akan tumbuh lebih lambat dan kualitas buah menurun.
Dari Wawancara dengan petani yang dikunjungi, tanaman buah naga seluas 1.6 ha yang dimilikinya membutuhkan sekitar 1.000 lampu pijar. Setiap bulan, konsumsi pencahayaan untuk budidaya buah naga membutuhkan konsumsi listrik lebih dari 4.000 kWh.
Untuk membantu petani meningkatkan produksi dan produktivitas terutama pada off season serta efisiensi konsumsi listrik, pada bulan Februari 2011, Pusat Konservasi Energi Vietnam melaksanakan proyek percontohan penggunaan lampu kompak menggantikan lampu pijar. Sekitar 50 % lampu pijar diganti dengan lampu kompak. Dibandingkan dengan lampu pijar, lampu kompak menggunakan hanya 25 persen listrik, menghemat penggunaan listrik dan efisiensi usahatani buah naga di Vietnam. Selain itu, lampu kompak meningkatkan kemampuan mekar pohon buah naga rata-rata 30-35 bunga mekar per pohon pada saat off season (Februari).
Areal budidaya Buah Naga, menerapkan VietGap
Temuan teknologi penyinaran tanaman dengan Lampu Kompak pada Off Season
Lampu kompak dengan kapasitas dari 20 W menghasilkan cahaya kuning dan hangat yang cocok untuk merangsang pertumbuhan buah naga pohon. Lampu kompak dapat digunakan untuk 8-9 jam per malam, 15-17 per malam pada off season (tanpa kap lampu). Jenis-jenis lampu kompak kedap air dan cocok untuk digunakan dalam cuaca lembab. Selain itu, tabung gelas tebal 0.8mm (dua kali lebih tebal daripada lampu pijar) sangat kuat pada suhu tinggi. Pemegang lampu yang terbuat dari perunggu dilapisi dengan nikel, karena itu sangat kuat. Dengan ballast elektronik, lampu kompak menggunakan sejumlah listrik cukup kecil, dan memberikan kinerja pencahayaan yang stabil. Lampu kompak bisa menyalakan untuk 6.000 jam, enam kali lebih lama daripada lampu pijar. Lampu kompak meskipun memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan alternatif pijar, namun harganya cukup mahal sekitar 40.000 dong/unit.
d. Kunjungan ke Southern Horticultural Research Institute (SOFRI), 11 November 2011
Southern Horticultural Research Institute (SOFRI), sebelumnya dengan bernama Long Dinh Research Center (LDFRC) yang didirikan pada tanggal 26 Maret 1994 oleh Kementerian Pertanian dan Pembangunan Perdesaan. Kemudian LDFRC direorganisasi dan ditingkatkan menjadi lembaga pusat penelitian buah pada tahun 1997 bernama SOFRI, Southern Fruit Research Institute) dengan keputusan kementerian Pertanian No 1056/1997/QD TTG pada tanggal 9 Desember 1997. Jumlah staf SOFRI 147 orang, terdiri dari lulusan pasca/sarjana 31 orang (8 PhD, 23 MSc., 60 BSc.)
Dalam pelaksanaannya Lembaga ini memiliki pusat penelitian dan pengembangan (R & D), dengan 9 divisi ialah:
1. Divisi Pemilihan dan Pemuliaan Buah
2. Divisi Bioteknologi
3. Divisi Perlindungan Tanaman
4. Divisi Teknologi Pasca Panen
5. Divisi Tanaman Sayuran
6. Divisi Bunga dan Landscaping
7. Divisi Pemasaran buah
8. Pusat Transfer Teknis
9. Klinik Tanaman Buah Mekong Delta
Target Penelitian dan Pengembangan SOFRI:
1. Meningkatkan kultivar buah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dan berkualitas tinggi untuk konsumsi lokal, pengolahan dan ekspor
2. Meningkatkan teknologi propagasi pohon buah dan produk pertanian lainnya terutama hortikultura, untuk mendapatkan produk dengan kuantitas dan kualitas tinggi penekanan pada makanan yang aman (GAP)
3. Mengembangkan orientasi petani terhadap penanganan, pengolahan dan teknik pemasaran untuk produk buah-buahan
4. Sebagai tempat konsultasi dan pelatihan tentang teknologi buah, layanan pasokan untuk pertanian, kontrak penelitian dengan provinsi, perusahaan dan lain-lain yang berkaitan dengan produksi hortikultura.
Salah satu devisi adalah Divisi Perlindungan Tanaman. Divisi Perlindungan Tanaman dengan Kepala Divisi Mr Nguyen Thanh Hieu, M. Sc., dengan jumlah staf 11 orang, terdiri dari 5 orang bergelar MSc., dan 6 orang bergelar B.Sc.
Tugas Divisi Perlindungan Tanaman adalah mempelajari semua aspek pengembangan dan penelitian tentang OPT, kerusakan, inang, biologi melalui penerapan pengelolaan OPT terpadu buah, termasuk pengendalian kimia dan pengendalian biologis, dan ketahanan kultivar/varietas. Salah satu produk unggulan dari Divisi ini adalah protein bait yang dikembangkan dengan bekerjasama dengan ACIAR-Australia.
e. Kunjungan ke Post-Entry Quarantine No. 2, Plant Protection Department dan VHT skala Laboratorium, 12 November 2011
Pemerintah Vietnam telah melakukan kerjasama dengan pemerintah Jepang di bidang Improvement of Thermal Treatment against Fruit Flies on Fresh Fruit. Pelaksana kerjasama tersebut adalah Post Entry Quarantine No 2, Plant Protection Department di Ho Chi Minh City – Vietnam. Target dalam kerjasama tersebut adalah mendisinfestasi lalat buah spesies Bactrocera dorsalis, B. cucurbitae, dan B. correcta pada komoditas buah naga. Proyek tersebut berlangsung selama 3 tahun (Maret 2005 s/d Februari 2008).
Pada saat yang bersamaan, sejak Juli 2007, Vietnam (Dept. of Plant Quarantine) melaksanakan kerjasama dengan Amerika Serikat, APHIS USDA di bidang “pre-clearance program for irradiated dragon fruit to US market”. Menurut Mr. Dat (Director of Plant Quarantine of Vietnam) prosedur dari US tersebut lebih mudah dibanding dengan Jepang. Sistem traceability dan irradiasi (PUC) yang sudah dibangun untuk pasar ekspor ke US, juga digunakan untuk Jepang dan pasar lainnya.
Untuk mempersiapkan kesiapan swasta dalam alih teknologi VHT, pemerintah Vietnam melakukan beberapa action pasca implementing project (tahun 2005 s/d 2008) yaitu melakukan pertemuan rutin dengan stakeholder (terutama pelaku usaha atau swasta), mengumumkan informasi tentang VHT melalui media elektronik TV, dan radio. Incentive bagi PT Yasaka adalah harga tinggi yang diperoleh, namun info tersebut tidak diinformasikan ke petani. Tantangan yang akan dihadapi Vietnam, yaitu akan adanya kompetisi harga untuk buah naga, karena Jepang baru saja mencabut larangan impor buah naga dari Taiwan.
Setelah proyek kerjasama dengan Pemerintah Jepang berakhir, saat ini Pemerintah Vietnam dalam hal ini Plant Quarantine of Vietnam sedang menyiapkan standar disinfestasi lalat buah spesies Bactrocera dorsalis, B. cucurbitae, B. carambola dan B. correcta pada komoditas mangga varietas Hoa Loc dan milk apple.
Berdasarkan pengalaman dari Pemerintah Vietnam, hal yang perlu diperhatikan untuk kesuksesan pelaksanaan kerjasama tersebut adalah:
• Kebijakan pemerintah untuk mendukung ekspor
• Perlunya peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM. Pengalaman selama ini, tenaga ahli Jepang sangat teliti dan bekerja keras. Oleh karena itu, tenaga teknis negara penerima harus bisa menyesuaikan.
• Perlunya dukungan dana untuk perawatan alsin dan pembelian mesin
• Perlunya dukungan dana dari pemerintah
• Perlunya membangun Kerjasama Luar Negeri
• Mengambil manfaat sebesar-besarnya dari kerjasama teknik
• Mencari peluang pasar
• Keberlanjutan operasional
• Kesadaran publik akan pentingnya ekspor
• Belajar dari pengalaman
f. Kunjungan ke Wholesale Market (Thuduc Agro Market), 12 November 2011
Pasar grosir didirikan pada tahun 2003 di area seluas 23 ha merupakan grosir untuk pasar domestik. Jumlah pekerja sekitar 1000 orang.
Aktivitas penjualan adalah jam 19.00 – 24.00, selanjutnya pada pukul 01.00 dimulai pengepakan barang yang telah dibeli.
Pasar grosir tersebut merupakan pasar grosir buah-buahan dan sayuran, dengan kapasitas 3000 ton/hari. Perbandingan buah-buahan dan sayuran adalah 30% buah dan 70% sayuran.
Produk sayuran pada umumnya berasal dari area sentra produksi sayuran di dataran tinggi Dalog, sekitar 315 km dari Ho Chi Minth City. Sedangkan buah-buahan berasal dari River Delta.
Arus kedatangan angkutan komoditas impor dipisahkan dengan komoditas lokal.
Keamanan pangan menjadi perhatian dalam pasar grosir tersebut. Untuk itu petugas melakukan pengambilan sampel komoditas untuk diuji residu pestisidanya sebanyak 10 sampel/hari. Hasil uji analisis residu pestisida, terjadi 1-2 kasus/bulan komoditas sayuran direject karena residu pestisidanya diatas BMR.
Kesimpulan dan saran tindak lanjut
1. Berdasarkan pengalaman kunjungan ke Vietnam, beberapa hal yang perlu ditingkatkan untuk meraih keberhasilan program penanganan lalat buah dalam penerapan teknologi Thermal treatment di Indonesia adalah:
Kebijakan pemerintah untuk mendukung ekspor dijalankan melalui pola-pola kemitraan dengan pihak swasta yang memiliki akses pasar luar negeri. Kemitraan mulai tingkat hulu (budidaya dengan petani) sampai hilir (pengolahan) dan Pemerintah memfasilitasi melalui pengaturan pola kemitraan (regulasinya) dan penerapan standar-standar secara lebih ketat.
Perlunya peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM, terutama tenaga teknis dalam menjalankan program di tingkat lapangan.
Perlunya membangun Kerjasama Luar Negeri yang lebih luas, terutama dalam membangun jaringan Supply Chain-nya.
Perlunya kesiapan kebun sebagai sumber produk dalam jumlah yang cukup dan mutu yang memenuhi persyaratan ekspor yang telah ditetapkan calon negara penerima.
Kesadaran publik/petani akan pentingnya ekspor produk hortikultura untuk peningkatan pendapatan melalui upaya penerapan teknologi budidaya yang baik dan benar serta teknologi pengendalian OPT yang efektif dan efisien.
2. Mutu buah dan sayur yang diproduksi petani yang dijual di pasar mulai dari pasar lokal di desa sampai pasar besar di kota/pasar grosir perlu ditingkatkan dengan menerapkan standar mutu penanganan pasca panennya. Untuk buah dan sayuran yang mutunya tidak baik dikonsumsi digunakan oleh petani sebagai pupuk organik.
3. Terjalin komitmen yang tinggi antara petani, perusahaan swasta sebagai pemasar dan pemerintah untuk memproduksi dan memasarkan hasil petani dengan kepastian harga yang baik. Pemerintah menyiapkan varietas yang produktivitasnya tinggi dan mendorong pengembangan kebun skala luas dengan tingkat mutu hasil yang tinggi. Selanjutnya pemerintah mendorong perusahaan swasta memasarkan hasil petani dengan harga yang tinggi. Petani memiliki komitmen yang tinggi untuk berusahatani dalam menghasilkan produk yang bermutu tinggi.
4. Konsumen khususnya penduduk Vietnam memiliki kesadaran yang sangat tinggi untuk mengkonsumsi sayuran dalam jumlah yang cukup banyak di setiap menu makanan yang disajikan seperti di tempat-tempat makan/ rumah makan maupun di rumah.
Jakarta, November 2011
Siswanto Mulyaman
MANTAB,....
BalasHapus